PENAMAAN RUPA BUMI ATAU TEMPAT
Sejak dulu pemberian nama bagi kampung/lembur atau suatu tempat yang ditentukan leluhur kita selalu mengandung makna yang dalam sehingga selalu abadi. Bahkan manakala nama itu di rubah oleh pemerintah, tetap saja nama lama selalu disebut-sebut.
Untuk saat ini, pemerintah tidak sembarangan menentukan nama rupa bumi atau suatu tempat baik yang bersifat alam maupun buatan. Ada ilmu yang mendasarinya, yaitu ilmu toponimi berupa bidang ilmu linguistik yang digunakan sebagai dasar kajian penamaan rupa bumi dengan pendekatan budaya dan sejarah. Artinya apabila yang direkomendasikan sosok nama orang, dapat dipastikan orang ini sosok tokoh yang berjasa besar dan berkaitan langsung dengan aspek sejarah atau budaya setempat, yang jasanya patut dikenang karena orangnya sudah meninggal dunia.
Berkaitan dengan hal tersebut, baru-baru ini muncul di media statemen dari seorang pejabat pemda KBB yang menyatakan bahwa Taman Miniatur Ka’bah yang dibangun di lahan aset pemda berlokasi di kompleks Pemda KBB akan diberi nama TMK A. Latif. Spontan saja reaksi para penggiat muncul menyatakan keheranannya. Karena nama ini ditentukan secara sepihak dan tiba2. Seperti siapa A. Latif itu ?, jasa apa yang telah diberikan kepada masyarakat. KBB ?, apakah orangnya sudah meninggal dunia ?. Pemberian nama ini apakah sudah dilakukan melalui kajian semestinya ?.
Selain itu, persoalan pembangunan TMK pun masih diliputi suasana misteri yang tidak menunjukan kaidah transparansi dan akuntabilitas. Seperti halnya siapa penanggung jawab pelaksanaan pembangunan TMK ini, berapa dana yang tersedia, bersumber dari mana saja. Hal ini pernah dikkarifikasi kepada beberapa pejabat yang kompeten di bidangnya, ternyata tidak
memberikan jawaban yang jelas.
Konon pemberian nama TMK ini pernah di klarifikasi kepada Pj. Bupati Arsan Latif oleh pihak tertentu, beliau tidak memberi jawaban konkrit, bahkan di lempar ke unsur staf katanya “tanyakan saja kepada orang yang diwawancarainya, bagi saya ini bukan urusan penting” . Subhanalloh. Wallohu A’lam. (djamukertabudi).